Ini
adalah cerita terjemahan dari situs asing. Silahkan menikmati
"Tapi
Mike, aku mau main," kata adikku dengan uring-uringan.
Adikku
Cindy yang baru menginjak usia 10 tahun ini memang manja dan sulit diatur
apalagi kalau sudah menginginkan sesuatu, akupun sering tidak sabar melayani
permintaannya.
"OK,"
kataku pasrah, "Tapi disini nggak ada mainan anak-anak."
Kami
memang sedang berkunjung ke rumah nenek, ayah dan ibuku pergi mengunjungi
saudara lainnya bersama nenek, sedang aku disuruh mengasuh adikku yang manja
ini.
"Lalu
kamu ingin main apa," tanyaku kebingungan karena tidak kutemukan mainan
anak-anak disini.
"Bagaimana
kalau kita main rumah-rumahan?" usul adikku.
"Ohhh...
jangan yang itu," keluhku.
Aku
bayangkan adikku akan main masak-masakan, maka akan berhamburan sampah
dimana-mana dan tentunya menjadikan pekerjaan tambahan buat dirinya untuk
membersihkannya kembali.
"Kamu
jadi Ayahnya dan aku jadi Ibunya," kata adikku menambahkan.
Tiba-tiba
muncul ide nakal dikepala remaja tanggung 13 tahun ini... Mike pernah dengar
tentang permainan 'dokter-dokteran' atau ada yang menyebut 'mainan ibu-bapak'.
Dia sendiri belum pernah tahu tentang 'permainan' itu, dia jadi ingin
mencobanya. Tapi bagaimana bila Cindy cerita ke ayah atau ibunya? Biasanya
orang tuanya nggak akan menanyakan secara detail permasalahan anak-anaknya,
kecuali kalau mereka bertengkar. Jadi asal dia bisa menjaga tidak ada
pertengkaran, dia yakin Cindy nggak akan menceritakan ke orang tuanya.
"Aku
jadi Ayah dan kamu jadi Ibu?" kataku.
"Ya
tentu saja, masak kamu akan jadi Ibu?" sahut adikku bingung nggak mengerti
arah pertanyaanku.
"Mainan
Ibu dan Bapak membuat bayi," usulnya coba-coba memancing sambil
memperhatikan reaksi adiknya.
Dia
sendiri ragu-ragu untuk mempraktekan niatnya untuk melakukan sesuatu yang dia
sendiri belum pernah tahu. Dia yakin bahwa sebagai wanita Cindy sudah pernah
dengar tentang bagaimana bayi dilahirkan, dan tentunya sedikit banyak juga
pernah punya bayangan tentang bagaimana bayi dibuat. Mike melihat mata Cindy
melotot dan kemudian berputar-putar, menunjukkan bahwa dia berpikir serius.
"OK,
terserah kamu," kata Cindy dengan suara lirih ragu-ragu.
Mike
hampir tidak percaya akan keberuntungannya hari ini. Dia bayangkan bisa jadi
mereka tidak bisa mempertahankan 'keperawanannya' lebih lanjut... Tapi... Ok,
dia akan memutuskan setelah melihat perkembangan situasi dan kondisinya.
Khususnya kesiapan adiknya Cindy. Tapi paling tidak hari ini dia akan
berkesempatan melihat tubuh adiknya Cindy telanjang lagi, keadaan yang sudah
tidak pernah dia lihat lagi selama 2 tahun ini. Ibunya memang tidak mengijinkan
lagi mereka mandi bersama sejak Cindy berusia 9 tahun.
"Kita
sebaiknya masuk ke kamarmu," katanya kepada Cindy.
Cindy
memandangnya dengan tatapan tanda-tanya, Mike pun menambahkan,
"Kita
sebaiknya 'mainan ibu-bapak' diatas ranjang, disini kotor."
Dan
Cindy pun Cuma mengangguk tanpa mengatakan apa-apa. Mike segera mengunci pintu
setelah mereka berdua masuk kamar. Wajah Mike pucat ketika tiba-tiba ibunya
datang, tapi ternyata ibunya hanya memberikan senyum kepada mereka dan tanpa
berhenti terus berjalan menuju dapur. Untung ibunya nggak sempat mendengar
pembicaraan mereka yang terakhir.
Setelah
mereka di dalam kamar Cindy pun bertanya, "Terus apa yang kita
lakukan?"
Muka
Mike kembali merah, dan cepat-cepat dia kunci pintu kamar, dan dia pun bertanya
lagi untuk meyakinkan,"Cindy, kamu yakin kita akan melakukan ini?"
Gadis
ini jadi agak bingung menebak arah pertanyaan kakaknya, dia pun menjawab,
"Kamu kan yang mengusulkan 'mainan ibu-bapak', aku bosan nggak ada mainan
lain."
Gadis
cilik ini memang masih terlalu polos untuk memahami pikiran orang dewasa.
Kemudian Mike membuka semua pakaiannya sampai telanjang bulat, dan Cindy pun
mengikuti perbuatan itu. Hampir tidak ada perbedaan secara fisik antara
tubuhnya dan tubuh Cindy. Dada gadis cilik itupun tampak masih rata seperti
dadanya. Hanya Cindy tidak memiliki penis seperti dirinya. Kemaluannya hanya
berupa gundukan daging cembung dengan belahan vertikal ditengahnya.
"Mmm...
Cindy, kamu ingat kata-kata Mama tentang laki-laki memegang 'anumu' yang
dibawah itu," bisik Mike pelan-pelan.
Cindy
memandang ke arah batang kemaluan kakaknya yang tampak tegang membengkak, dia
pun berkata,
"Kata
Mama OK, jika aku menginginkannya pula. Tapi kenapa kau tanyakan? ini kan
idemu?"
Mike
hampir bersorak kegirangan atas keberuntungannya, bahwa adiknya ternyata juga
menginginkannya, atau paling tidak menyetujui idenya. Tapi karena dia juga
belum berpengalaman tentang sex, Mike tidak tahu pasti apa yang harus
diperbuatnya terlebih dahulu. Akhirnya dia pun dapat ide bagus. Mike kemudian
menceritakan dia pernah baca buku sex-ed bahwa laki-laki akan memasukkan
'anunya' ke dalam lubang 'anu' gadis, kemudian menggerakkannya keluar-masuk
sampai si laki-laki orgasme (mengeluarkan cairan putih dari ujung 'anunya')
didalam lubang 'anu' si gadis. Dan bilamana beruntung sigadis akan hamil dan
mereka akan punya bayi sembilan bulan kemudian.
"Oh
Mike," seru Cindy dengan suara tertahan.
Cindy
hampir tidak percaya bahwa kakaknya benar-benar menginginkan melakukan 'itu'
kepadanya. Memang main rumah-rumahan atau 'main ibu-ayah' adalah mainan anak-anak.
Tapi melakukan 'ibu-bapak membuat bayi' sepertinya cenderung lebih ke arah
permainan orang dewasa.
"Begini
caranya ayah membuat bayi di mami," perintah Mike, seolah-olah seorang
guru yang mengajari pelajaran praktek.
"Ayah
memasukkan 'alat pembuat bayi-nya' ke lubang bayi Mama, dan kemudian...
Oohhh," desah Mike ketika batang kemaluannya tidak bisa masuk-masuk ke
dalam liang kemaluan adikknya. Memang didaerah sekitar vagina Cindy sudah mulai
basah sehingga beberapa kali batang kemaluannya terpeleset kesamping. Dan lagi
liang vagina itu tersembunyi didalam belahan bibir vaginanya sehingga tidak
terlihat sama sekali dari luar.
"Sini
saya bantu," kata Cindy, gadis ini kemudian berbaring terlentang terus
menarik tubuh kakaknya untuk menindih tubuhnya dari atas. Batang penis yang
sudah bengkak itu digenggamnya kemudian ujung penis itu diarahkan dan
ditempelkan tepat di liang vaginanya yang kecil itu.
"Sekarang
tekan," perintahnya sambil masih memegangi batang penis itu agar tidak
meleset lagi. Gadis itupun mengangkat-angkat pinggulnya untuk membantu agar
batang penis itu cepat masuk.
"Cepat
masukkan 'alat pembuat bayimu' dan oohhh.. ahh.. aduuuhhh sakkiittt... stop..
stop dulu... Ahhh. Pelan-pelan Kak."
Mulut
Cindy mengerang-erang tiada henti, ada rasa geli-geli nikmat dan sakit pedih
bercampur aduk. Tubuhnya sampai menggigil menahan perasaannya itu.
"Ooohhh...
Uuuhhh..." desahan Mike, anak muda ini merasakan sensasi luar biasa di
batang penisnya, liang vagina adiknya yang sempit itu seperti menjepit dengan kuat
kepala penisnya sehingga menimbulkan rasa geli-geli nikmat dan ngilu yang luar
biasa. Dia benar-benar nggak mengira akan seperti ini rasanya hubungan sexual.
Meskipun hanya kepala penisnya saja yang bisa masuk, tapi rasanya sudah luar
biasa nikmatnya.
Sebenarnya
batang kemaluan itu tidak masuk seluruhnya. Hanya bagian kepalanya saja yang
bisa masuk, karena terganjal oleh diding keperawanan Cindy. Dan mereka juga
tidak lagi berusaha untuk memasukkan lebih lanjut, karena mereka kira hanya
seperti itu dalamnya liang vagina Cindy.
"Ohhh
enak sekali dik... Seperti ini caranya ayah membuatkan bayi pada Mama, dan...
Uuuhhh... Aaahhh," Mike pun nggak sanggup lagi berkata-kata, merak berdua
cuman bisa mendesah-desah dan merintih, sampai kemudian Mike merasa batang
kemaluannya berdenyut-denyut, seperti mau kencing.
"Cindy,
kamu mau bayi kan? Aku... Aahhh... Aku mau keluar..." kata Mike
terbata-bata.
"Ya..
ya... aahhh... oohhh.. Aku.. aku mau... aahhh," sahut Cindy dengan nafas
megap-megap. Cindy memeluk kakaknya erat-erat sambil matanya terpejam. Gadis
itu merasa tubuhnya seperti terbang melayang-layang. Sebenarnya sudah sejak
tadi gadis cilik ini mengalami orgasme dan bahkan sudah lebih dari sekali.
Mike
pun sudah tidak tahan lagi. Dan... sensasi dasyat pun dirasakan oleh Mike
ketika ujung kemaluannya menyemburkan sperma beberapa kali di dalam liang
vagina adikknya yang masih perawan itu. Dan bersamaan dengan itu, Cindy pun
mengalami hal yang serupa. Denyutan-denyutan batang kemaluan Mike dan kemudian
disusul semprotan sperma pemuda itu membuat vaginanya ikut berkontraksi. Dan
untuk kesekian kalinya gadis itu mengalami orgasme lagi.
Kedua
anak yang sebenarnya belum bisa digolongkan remaja itu pun kemudian tertidur
saling berpelukan. Batang penis Mike masih terjepit didalam liang vagina
perawan milik adiknya sendiri. Beberapa menit kemudian merekapun tersadar dan
saling berpandangan dengan tatapan bingung.
"Uhh,
Cindy?" bisik Mike sambil melepaskan pelukannya, sehingga batang
kemaluannya yang sudah mengkerut dan mengecil itu terlepas dari liang vagina
Cindi.
Tidak
ada tanda-tanda noda darah disekitar liang vagina gadis cilik itu. Yang ada
hanya cairan sperma putih kental milik Mike yang bercampur dengan lendir bening
milik Cindy. Memang hubungan intim itu tidak sampai merusakkan selaput perawan
Cindy.
"Mmm...
?" desah Cindy.
"Kapan
kamu terakhir haid?" tanya Mike.
"Apa
itu 'haid'?" tanya Cindy nggak paham.
"Ohhh,
...," keluh Mike, hati Mike sangat lega sekali, rupanya sang adik belum
mulai haid, sehingga amanlah dia, karena nggak mungkin adiknya bisa hamil.
"Sudahlah
lupakan saja, sekarang kamu mandi saja, kita bau keringat," kata Mike, dia
khawatir kalau ibunya mencium bau spermanya yang khas itu.
Cindy
pun segera bangun menuju kamar mandi. Mike sempat melihat cairan spermanya
meleleh membasahi paha Cindy.
"Kak,
kapan-kapan kita 'mainan ibu-bapak' lagi ya, enak sekali lho, kakak pinter
banget kalau jadi bapak, Anu... 'alat buat bayi' Kakak gede banget, kalau
dimasukan 'lubang bayi' cinta agak sakit, tapi enak sekali," kata Cindy
sebelum masuk kamar mandi.
Mike
cuman bengong nggak ngerti mau ngomong apa, "Nanti sajalah, kita lihat
keadaan, sekarang kamu mandi cepat."
Satu
jam kemudian ketika ibunya memanggi mereka berdua, jantung Mike sempat
deg-degan, khawatir ibunya menanyai macam-macam dan sehingga Cindy tanpa
sengaja bisa membuka rahasia 'permainan ibu-bapak' yang mereka lakukan.
Ternyata ibunya cuman menyuruh mereka makan siang tanpa menanyakan aktivitas
permainannya.
Tapi
kembali jantung Mike sempat berdetak kencang ketika sore hari ayahnya tanya
kepada Cindy.
"Anak
manis, bagaimana keadaanmu hari ini?" tanya ayahnya.
"Baik
sekali Yah, kami main berdua sama Mike, Cindy senang," jawab Cindy lincah.
"Ohh,
jadi hari ini kalian nggak bertengkar? Lalu kalian main apa?"
"Mike
baik sekali koq, Mike sayang sama Cindy, kami mainan ibu-bapak, Mike pinter deh
jadi bapak."
Jantung
Mike seolah-olah berhenti berdetak, dia takut ayahnya mencium hal-hal aneh.
Tapi ternyata ayahnya nggak curiga, mungkin dia mengira kami main semacam
'rumah-rumahan'.
"Nah
begitu dong, anak-anak ayah harus saling sayang-menyayangi."
"Iya
yah, Mike sayang sama Cindy dan Cindy juga sayang banget sama Mike. Kapan-kapan
Cindy mau 'mainan ibu-bapak' lagi sama Mike," jawab Cindy polos
seolah-olah tanpa dosa.
Kedua
orang tuanyapun tidak menaruh curiga sama sekali. Tapi buat Mike, peristiwa itu
benar-benar membekas dihatinya dan tak pernah terlupakan seumur hidupnya.
Itulah saat dia kehilangan keperjakaannya. Dan beberapa tahun kemudian Mike
tahu dan bersyukur bahwa dia tidak sampai merusak selaput perawan adikknya
Cindy.
No comments:
Post a Comment